• Jelajahi

    Copyright © NUSANTARA TOP NEWS
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Komnas HAM Duga Ferdy Sambo Punya Masalah Kejiwaan, Pembunuhan Brigadir J.

    , September 13, 2022 WIB
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini






    TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Hak Asasi Manusia, Ahmad Taufan Damanik mengungkapkan bahwa pihaknya menduga bahwa Ferdy Sambo mempunyai masalah kejiwaan hingga melakukan pembunuhan kepada Nofriyansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. 



    Masalah kejiwaan yang dimaksud adalah adanya sifat superpower yang dimiliki Ferdy Sambo karena mempunyai jabatan sebagai Kadiv Propam Polri dan juga Ketua Satgasus Merah Putih.



    “Bisa jadi psikopat, tapi ini bisa karena superpower itu. Dia bisa ngeyakinin dirinya, siapa yang bisa bongkar kejahatan saya, saya bisa suruh-suruh ini semua,” kata Taufan saat diwawancara langsung di Gedung Komnas HAM, Jakarta Pusat, Selasa 13 September 2022.



    Adanya sifat superpower dari Ferdy Sambo ini membuatnya jumawa hingga bisa melakukan sesuatu yang melanggar hukum. Masalah kejiwaannya ini membuat Ferdy Sambo ingin membunuh langsung sang korban. “Bisa jadi ada kebencian kalau tidak dihabisi langsung. Karena dia merasa superpower,” ujarnya.



    Dugaan Taufan ini merujuk kedudukan Ferdy Sambo yang semestinya dengan mudah bisa membunuh orang. Dengan jabatan yang dimilikinya, Ferdy tentu bisa mengutus anak buahnya membunuh Yosua tanpa mengotori tangannya. Namun pada kejadian ini, Sambo justru diduga ingin membunuh Yosua secara langsung.



    “Sambo ini semestinya bisa dengan mudah menculik Yosua lalu dibawa ke Depok terus dibunuh ditabrakin truk gitu kan bisa. Ngapain dia sampai susah-susah bunuh Yosua sendiri apalagi di rumah dinasnya sendiri lagi. Ini yang aneh menurut saya,” kata Taufan.



    Dugaan Taufan semakin kuat ditambah dengan kesaksiannya yang melihat Ferdy Sambo cukup tenang menghadapi pembunuhan ini. “Maka kita bilang extra judicial killing. Maka kita bilang dengan kekuasaannya dia itu dia bisa membunuh orang dengan semena-mena karena dia yakin tidak ada orang yang bisa bongkar itu. Gak ada yang berani bongkar itu. Tenang loh dia, tanggal 8 kejadian, 11 sore baru diumumkan diatur semua sama dia,” ujarnya.



    Dugaan munculnya penyakit kejiwaan ini juga berdasar pada Ferdy Sambo yang terlihat bisa menjadi garang namun suatu waktu bisa menangis. “Waktu ngobrol sama saya itu dia nangis-nangis gitu. Tapi coba kamu lihat pada saat rekonstruksi kejadian itu, dia terlihat bengis,” kata Taufan.



    Secara psikologi, menurut Taufan Sambo itu merasa kalau melakukan pelanggaran hukum itu dia bakal gak bisa kena. Karena dia superpower bahkan superpower dari Kapolri.



    “Logikanya untuk membunuh kan pasti punya cara untuk menghilangkan jejak. Dia kan seharusnya bisa nyuruh orang untuk membunuh Yosua, tapi ini nggak ini orang ingin melihat langsung pembunuhan itu. Ini terbuktikan sudah berhari-hari susah sekali untuk menjerat dia?” ujarnya.



    Akibat Abuse of Power



    Taufan menduga bahwa Ferdy Sambo berani melakukan pembunuhan terhadap Yosua adalah dikarenakan adanya sifat abuse of power. Bahkan Taufan menilai Ferdy Sambo sudah satu tingkatan dari abuse of power karena dia sudah bisa memerintahkan orang-orang yang bukan anak buahnya.



    “Jadi sambo ini lebih dari abuse of power karena dia sudah bisa memerintahkan yang bukan anak buahnya lo. Abuse of power ini dalam konteks politiknya kan semisal saya Menteri Keuangan, saya menggunakan kapasitas menteri keuangan saya untuk kepentingan saya. 



    Dengan jabatan saya, saya bisa melakukan hal yang seenak saya,” kata Taufan.



    “Tapi kalau di Sambo ‘saya Menteri Keuangan’, tapi menteri keuangan yang bisa menggunakan kekuatan di kementerian-kementerian lain. 



    Maka kalau dari itu sudah lebih dari abuse of power itu. Karena diluar jangkauan kekuasaaannya dia, dia sudah bisa jangkau kekuatan itu demi kekuatan dia. Sambo gitu,” tambahnya.



    Kehebatan sifat ini, dijelaskan Taufan juga terlihat saat ia mampu mengutus staff ahli Kapolri yakni Fahmi Alamsyah. Hal ini dinilai kuasa milik Ferdy Sambo sudah tidak main-main.



    “Semua bilang abuse of power, saya bilang bukan abuse of power saja tapi lebih dari itu. Sampai pakai Fahmi Alamsyah, siapa Fahmi Alamsyah? Staff ahli Kapolri. Siapa yang berani nyuruh ini? Ini lebih dari abuse of power. Dia gerakkan semua dari Polda hingga staffnya Kapolri loh,” ucapnya.



    Sifat ini terlihat dengan cepatnya ia mengutus anak buahnya untuk merusak TKP dan menghilangkan barang bukti. Ia pun menggerakkan kesatuan Polri lintas divisi, jajaran Polda, hingga Polres.



    Disampaikan oleh Taufan bahwa saat ini ia telah mampu mengerahkan sekitar 90 anggota kepolisian untuk melakukan obstruction of justice. Ia mengerahkan puluhan polisi tersebut untuk ikut merusak TKP, membuat disinformasi, menghilangkan barang bukti dan lain-lain.



    “Setelah kejadian pembunuhan itu dia hubungi semua anak buahnya, suruh beresin ini hapus ini dan semua orang digerakkan. Dia sebagai kadiv propam dia merasa superpower hingga bisa mengendalikan semuanya itu. Itu terbukti kan ada 90 orang. 90 orang itu siapa? Anak buah propam? Nggak. Banyak juga yang diluar propam. Dia bisa kendalikan itu,” kata Taufan.



    Membuat Masalah di Internal Polri



    Banyaknya anggota Polisi yang terjerat kasus ini disampaikan Taufan membuat penyidik menjadi susah untuk menangani ini. Terlebih jika penyidik merupakan anggota Polri sendiri. Ferdy Sambo justru menyerah setelah Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri, Komisaris Jenderal Polisi Ahmad Dofiri turun gelanggang.



    “90an orang itu jelas sehingga membuat tidak mudah buat penyidik untuk timsus menangkap dia kan? Itu kan yang banyak berperan justru Ahmad Dofiri yang meyakinkan Sambo, ‘sudahlah Mbo menyerahkan dirilah’” ucap Taufan.



    Taufan menceritakan Ferdy Sambo menyerahkan diri setelah Richard mengubah BAP-nya. Sambo kemudian dijemput oleh Kepala Divisi TIK Polri Irjen Slamet Uliandi untuk ke Mako Brimob Polri untuk menyerahkan diri.



    “Tadinya dia gak mau karena sulit banget tuh penyidik nangkap dia itu dampak dari kekuatan satgasus itu. Seperti memberikan dukungan kepada Sambo sehingga penyidik itu jadi berat sekali untuk mengambil dia,” kata Taufan.



    Taufan menduga hal ini terjadi karena Ferdy Sambo dengan cepat bisa naik jabatan. Dengan percepatan itu, Sambo belum mempunyai kesiapan untuk memiliki anak buah yang banyak.


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Agama

    +