Penulis asli jijik lama-lama sama politisi Indonesia, selalu mengatasnamakan rakyat susah padahal dirinya sedang menikmati gelimangan harta. Mereka kalau yang lewat jalan raya didampingi pengawalan segambreng, sok-sok memahami masyarakat yang terpaksa harus mengalah menunggu lampu merah yang tiba-tiba bisa jadi setengah jam.
Penulis awali pembukaan dengan hal ini karena mengingat kejadian waktu Agus lewat ke Pasteur Bandung. Dikawal mobil aparat dari arah tol yang macet, mereka buka jalan untuk Agus dan mengorbankan kita yang akan belok ke arah Surya Sumantri. Lampu stopan seketika merah dalam waktu 30 menit, hanya demi menunggu si anak papih lewat.
Pejabat selalu beralasan bahwa mereka sedang buru-buru menghadiri acara penting, demi tugas negara. Kalau memang buru-buru situ berangkat lebih awal, kalau perlu nyubuh, daripada buru-buru dan mengorbankan rakyat yang juga bekerja demi bisa makan sesuap nasi.
Apalagi si Agus ini oposisi, kerja apa sih yang dia lakukan dan bermanfaat untuk rakyat? Paling bisanya nyinyirin Jokowi biar partainya ga nyungsep, manfaatnya juga hanya melampiaskan kebencian para kadrun pada pemerintah.
Okelah dia ketua partai, punya jabatan tinggi, tidak apa-apa kalau dia lewat kita tunggu stopan 30 menit, tapi jangan kufur nikmat dong bilang Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Situ sejak kecil sudah dimanja SBY, dapat pendidikan terbaik, ga kuat jadi perwira di TNI langsung nyagub. Masih banyak di Indonesia yang cumlaude tapi hasil usaha sendiri, tuh contoh Prof. Hendra Gunawan (gooling), dia dari keluarga sederhana sampai bisa jadi matematikawan paling produktif di dunia, ga pernah tuh bilang Indonesia tidak baik-baik saja.
Masih banyak rakyat yang cerdas dan berpotensi jauh lebih pintar dari si Agus ini, namun harus putus pendidikan. Kalau mereka bilang Indonesia sedang tidak baik-baik saja wajar, karena kondisi mereka memang sedang tidak baik-baik saja.
Penderitaan rakyat apa yang sudah pernah Agus rasakan sih? Pernah demi melanjutkan SMA harus ngamen dan dikejar preman? Pernah agar dapat kuliah harus kerja cuci piring dipernikahan orang? Itupun uang tetap tidak terkumpul untuk biaya kuliah. Pernah dibully hanya karena minoritas? Pernah dipalakin oleh kadrun-kadrun madesu karena mata sipit?
Kalau belum pernah, jangan sok-sok paham penderitaan rakyat gus. Itu pengalaman penulis, dan penulis yakin banyak yang jauh lebih menderita padahal sebenarnya punya potensi. Apa yang sudah Agus lakukan buat mereka?
Lalu saat covid, apakah Agus pernah merasakan usaha tiba-tiba hancur karena beberapa pusat bisnis harus tutup total? Mustahil, wong harta SBY seabreg hasil mengumpulkan saat berkuasa.
Pernah demi usaha bertahan sampai harus jadi driver online? Lalu saat jadi driver ada pejabat yang lewat jalan raya dan membuat stopan berhenti lama, sampai-sampai pelanggan cancel orderan?
Pejabat tersebut sekarang bilang Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Sementara istrinya sedang pesta-pesta, party-party, berpelukan dengan sesama sosialita dan artis sensasi Bunda Corla. Munafikun kufir nikmat kau gus!!.
Begitulah Kura-Kura.
SUMBER : SEWORD.COM
